Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Explore Sulawesi Tenggara


Salam jelajah. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang potensi alam di Sulawesi Tenggara yang jarang diketahui. 

Sudah pernah ke Sulawesi Tenggara? Apa saja potensi pariwisata Sulawesi Tenggara? Berapa banyak destinasi di Sulawesi Tenggara? Bagaimana peran Dinas Pariwisata dalam membangun destinasi? Apa saja kekurangannya? 

Semua akan saya ulas, semua isi meteri adalah hasil riset dan fakta yang terjadi di lapangan, ditambah dengan pengalaman dalam menjelajahi wisata di daerah lain di Indonesia. 

Sulawesi Tenggara

Mungkin untuk sebagian orang masih merasa asing mendengar nama Sulawesi Tenggara (Sultra). Jika teman jelajah pernah melihat pulau Sulawesi, nah bagian bawah sebelah kanan itulah Provinsi Sulawesi Tenggara atau tepatnya berada di bagian selatan garis khatulistiwa.

Terdiri dari 15 Kabupaten dan 2 Kota dengan Ibu Kota berada di Kota Kendari. Suku asli yang mendiami Sultra awalnya hanya 5 Suku, dan didominasi oleh suku Tolaki.

Motto suku tolaki : "Inae Konasara Iye Pinesara Inae Liasara Iye Pinekasa" artinya "Siapa Yang Berbuat Baik, Anda Akan Hormati Dan Siapa Yang Berbuat Buruk Maka Akan Di Perlakuan Buruk"

Hingga tahun 2019, Badan Bahasa mencatat ada 14 bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Keempat belas bahasa tersebut adalah: Tolaki, Muna, Morunene, Cia-Cia, Wolio, Lasalimu-Kamaru, Bajo, Bali, Culambacu, Jawa, Kulisusu, Pulo, Sasak dan Sunda.

Potensi Wisata Sulawesi Tenggara

Banyak destinasi wisata yang bisa kamu kunjungi saat berada di Sultra. Mulai dari wisata pantai, wisata kuliner, wisata minat khusus, wisata sejarah dan sebagainya.

Dari data Dinas Pariwisata Sultra, ada 1.200 lebih destinasi yang tercatat, namun sejak pembaruan data tahun 2019, destinasi yang masih layak dijadikan tempat wisata tinggal 900 lebih destinasi.

Setiap Kabupaten Kota di Sultra, masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk mengeksplore semua destinasi yang ada, kamu membutuhkan waktu 1 tahun lamanya. 

Alasannya karena Sulawesi Tenggara terdiri dari 17 Kabupaten Kota dan 9 diantaranya berada di Kepulauan. 

Beberapa daerah yang mempunyai potensi pariwisata yang jarang dikunjungi diantaranya Air Terjun di Desa Rauta Kabupaten Konawe, Wisata Bahari di Desa Batu Atas Kabupaten Buton Selatan, Tebing mahitala di Desa Labengki Kabupaten Konawe Utara dan masih banyak lagi. 

Menjelajah di tempat terpencil memang membutuhkan waktu dan tenaga, apa lagi akses menuju lokasi wisata sangat susah dijangkau ditambah jaringan listrik dan internet belum menyeluruh. 

Potensi lainnya yang sampai saat ini belum dikembangkan yakni, wisata arung jeram, flyboard, paralayang, dan canyoning. Padahal dari geografisnya, sangat memungkinkan semua wisata buatan tersebut dikembangkan.

Pariwisata Sulawesi Tenggara

Wisata Sejarah

Benteng Keraton Buton, di Kota Baubau yang merupakan benteng terluas di dunia;
Makam Raja Mekongga Sangia Nibandera, Kab. Kolaka
Makan Raja Sangia Ngginoburu, Kab. Konawe
Masjid Tua Loghiya, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna
Rumah Adat Laika Mbu'u, Kab. Konawe
Rumah Adat Mekongga Raha Bokeo, Kab. Kolaka
Gua Sejarah Watuwulaa, Kab. Kolaka
Replika Istana Kerajaan Konawe Laika Aha, Kab. Konawe
Gua Tengkorak Lawolatu, Kab. Kolaka Utara
Gua Soronga (Makam) Kuno Suku Tolaki, Kab. Kolaka Timur
Gua Tengkorak Wiwirano, Kab. Konawe Utara
Istana Kerajaan Laiwoi, Kota Kendari
Benteng Lapadi, Kab. Konawe Selatan
Situs Benteng Bende Wuta, Kab. Kolaka
Situs Peninggalan Purbakala Liang Kobori dan Metanduno, Kab. Muna
Kompleks Rumah Adat Muna, Kabupaten Muna
Benteng Kerajaan Tiworo, Kabupaten Muna Barat
Benteng Keraton Kulisusu, Kab. Buton Utara
Istana Malige, di Kota Baubau dengan arsitektur khas Suku Buton 
Masjid Agung Keraton Buton (Masigi Ogena), di Kota Baubau 
Benteng Kerajaan Moronene Kabaena di pulau Kabaena Kab. Bombana
Wakatobi Wave (Wakatobi Wonderful Festival) di Wangi-Wangi
Festival Tukang Besi dilaksanakan di Pulau Binongko

Wisata Budaya

Kalosara Suku Tolaki, Kab. Konawe dan Kab. Kolaka
Upacara Adat Mosehe Wonua (Penyucian Negeri) Suku Tolaki, Konawe dan Kolaka
Upacara Adat Monahu Nda'u (Upacara Panen Padi) Suku Tolaki, Konawe dan Kolaka
Upacara Adat Motasu (Pembukaan Ladang) Suku Tolaki, Konawe dan Kolaka
Festival Lulo Ngganda, Kab. Konawe Selatan
Festival Mepae-pae, Kab. Kolaka
Ritual Mo'oli (Membuka LadanG Pertanian) Suku Tolaki, Konawe, dan Kolaka
Tenunan Tolaki, Ameroro Kab. Konawe dan Lalombaa Kab. Kalaka
Festival Tangkeno, Kab. Bombana
Tenunan Buton di kota Baubau, Kabupaten Buton dan Kab. Buton Utara;
Pekande-kandea, upacara adat masyarakat Buton Raya
Pengrajin Besi, di Binongko, Kabupaten Wakatobi;
Upacara Adat Posuo, Tandaki, dan Posusu (Masyarakat Buton Raya);
Upacara Adat Kabuenga, dari Kabupaten Wakatobi;
Upacara Adat Karia, dari Wangi-wangi di Kabupaten Wakatobi;
Upacara Adat Tururangiana Andala, dari Pulau Makassar di Kota Baubau;
Layang-layang Tradisional Khagati, dari Kabupaten Muna;
Aduan Kuda, dari Kabupaten Muna;
Pacuan Kuda Kabaena, dari Kabupaten Bombana;
Gambus dan Dhole-Dhole, alat musik khas masyarakat Buton Raya;
Upacara adat Bhangka Mbule Mbule di Kabupaten Wakatobi;
Barata Kaledupa Festival di Kaledupa, Kabupaten Wakatobi
Upacara Pongkotu'A (panen padi) di Kabupaten Bombana;

Wisata Atraksi

Tari Lulo (Molulo) Tarian Suku Tolaki, dari Kota Kendari, Kab. Konawe, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe Selatan, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Utara
Tari Dinggu (Modinggu) Tarian Panen dari Suku Tolaki, di Kota Kendari, Kab. Konawe, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe Selatan, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Utara
Tari Umo'ara, tarian perang Suku Tolaki, dari Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Kota Kendari
Tari Lulo Sangia, dari Kabupaten Kolaka
Tari Lariangi Tolaki, Tarian Kuno Masyarakat Tolaki di Kab. Konawe dan Kolaka
Tari Mondotambe, tarian penjemputan Suku Tolaki, dari Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Timur
Tari Lumense, dari Kab. Bombana
Tari Lulo Alu, dari Kab. Bombana
Tari Molihi, dari Kab. Konawe Kepualauan
Tari Lense, dari Kab. Buton Utara
Tari Balumpa dari Kabupaten Wakatobi;
Atraksi Perahu Naga, di Kota Baubau;
Atraksi Momani (Tarian Perang Moronene), di Kabaena Kab. Bombana;
Tari Lulo Alu, dari Kabaena Kabupaten Bombana;
Tari Galangi, Buton Raya;
Tari Mangaru, Buton Raya;
Tari Lumense, dari Kabaena di Kab. Bombana;
Tari Dudenge, dari Kabaena di Kab. Bombana;
Posepaa, dilaksanakan Kompleks Benteng Liya Togo, Wanci, Kab. Wakatobi.

Wisata Alam

Taman Nasional Wakatobi, di Kabupaten Wakatobi.
Sombu Dive di Pulau wangi-Wangi
Wisata Bawah Laut Basilika, di Kabupaten Buton Selatan
Air Terjun Moramo, di Kabupaten Konawe Selatan
Pulau Labengki, di Kabupaten Konawe Utara
Pantai Taipa, di Kabupaten Konawe Utara
Pemandian Air Panas Wawolesea, di Kab. Konawe Utara
Pulau Senja, di Kabupaten Konawe Selatan
Air Terjun Tetewa, di Kab. Kolaka Timur
Puncak Sorombipi, di Kabupaten Kolaka Timur
Puncak Mowewe, di Kabupaten Kolaka Timur
Sungai Tamborasi, di Kabupaten Kolaka;
Danau Biru, di Kabupaten Kolaka Utara
Pantai Nambo, di Kota Kendari
Hutan Mangrove Bungkutoko, di Kota Kendari
Kebun Raya Kendari Kota Kendari
Pantai Nirwana, di Kota Baubau;
Pantai Lakeba, di Kota Baubau;
Gua lakasa, di Kota Baubau;
Pantai Kamali, di Kota Baubau;
Wantiro, di Kota Baubau;
Hutan Tirta Rimba, di Kota Baubau;
Cagar Alam Wakonti, di Kota Baubau;
Permandian Bungi, di Kota Baubau;
Air Terjun Samparona, di Kota Baubau.
Danau Napabale, di Kab. Muna
Danau Moko, di Kab. Muna.
Gua Liang Kobori di Kab. Muna
Gua Metanduno di Kab. Muna
Pantai Walengkabola di Kab. Muna
Danau Napabalano di Kab. Muna
Pulau Sagori, di Kabupaten Bombana
Gua Batu Buri di Kabaena Kab. Bombana;
Hutan Lambusango, di Kab. Buton.
Puncak Ahuawali, di Kab. Konawe.
Pulau Bokori, di Kabupaten Konawe 
Pantai Toronipa, di Kabupaten Konawe

Dan masih banyak lagi jenis wisata dan destinasi yang belum disebutkan diatas.

Peran Dinas Pariwisata Daerah

Salah satu foktor kurangnya informasi suatu destinasi, karena pihak pemerintah Kabupaten yang di nahkodai Dinas Pariwisata, belum serius mendata dan mempublikasikan spot wisata di daerahnya. 

Contohnya, kita bisa cek data pariwisata dari Website resmi mereka dan bandingkan dengan website dari Dinas Pariwisata daerah lain yang memang sudah profesional dalam mengelola potensi wisatanya. 

Selain kurangnya peran Dinas Pariwisata di daerah, faktor lainnya adalah dari masyarakat yang berada di sekitar Destinasi. 

Kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan destinasi, membuat wisatawan enggan datang berkunjung kedua kalinya.

Saya beri contoh, Pulau Labengki sudah mulai terkenal dan ramai disasar para wisatawan sejak tahun 2014. Masyarakat juga telah banyak merasakan  manfaatnya. 

Karena karakter yang sulit berubah, maka aktivitas membuang sampah dilaut masih sering dilakukan, bahkan tidak peduli kalau ada wisatawan yang melihatnya. 

Era digital seperti saat ini, seharusnya lebih memudahkan informasi sampai ke calon wisatawan. Hal ini yang belum ditangkap oleh sebagian Kabupaten, sehingga masih menerapkan cara-cara jadul dalam mengelola pariwisata. 

Apa Saja Kekurangannya? 

Setelah menjelajahi destinasi di 17 Kabupaten Kota di Sulawesi Tenggara. Saya berkesimpulan pariwisata di Sultra masih sulit dikembangkan, alasannya : 

1. Aksesbilitas ke destinasi masih tergolong sulit. 
2. Keterbatasan listrik saat berada di Desa terpencil. 
3. Pemerintah masih mengandalkan potensi dari aspek lain (pertambangan).
4. Kurangnya database yang dimiliki setiap daerah. 
5. Tidak updatenya destinasi baru.
6. Dispar di dearah tidak merangkul komunitas dan industri pariwisata.
7. Kurangnya keterlibatan para generasi melenial (ASN muda) di Dinas Pariwisata. 
8. Kepala Daerah belum serius melirik Pariwisata. 
9. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan destinasi.

Jika membandingkan daerah pariwisata di Provinsi lain, Sulawesi Tenggara masih jauh tertinggal. Kita ketahui bahwa potensi wisata di Sultra sangat banyak dan menawarkan pemandangan alam yang mengagumkan, tapi karena alasan yang saya sudah jelaskan diatas, maka sampai kapanpun pariwisata sultra akan jalan ditempat. 

Sebagai pegiat pariwisata, hal yang paling penting adalah bagaimana suatu destinasi itu bisa naik di media online maupun media sosial. 

Inilah pentingnya komunitas yang aktif dalam mengexplore wisata baru. Mereka harusnya menjadi perhatian dan patner Dinas Pariwisata dalam membangun pariwisata di Daerah. 

Membangun pariwisata memang membutuhkan waktu, tidak bisa dalam sekejap hasilnya dapat dirasakan. Eksistensi komunitas, Industri, pengelola destinasi, masyarakat dan Dinas Pariwisata sangat diperlukan.

Itulah sebagian opini yang bisa saya tulis, sekali lagi dalam membangun pariwisata diperlukan komitmen besar dan keterlibatan semua pihak. Manfaatkan digital semaksimal mungkin, untuk mendapatkan hasil yang maksimal pula. Salam Jelajah.