Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baubau Kota Seribu Air Terjun


Masih terlalu pagi, mata yang masih terlelap terbangun oleh alarm yang diatur tepat pukul 6 pagi sedari malam. Masih ada waktu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan bersiap-siap. Saya bersama teman-teman trip terkece akan bertualang menuju utara daratan pulau buton. 

Kami akan mengunjungi dua air terjun sekaligus. Saya belum pernah kesana, yang berarti ini kali pertama saya. Jam 8 lewat kami memulai perjalanan dengan menggunakan mobil. Perjalanan kali ini dipenuhi canda dan tawa, sesekali saling mengejek yang berujung pada ketawa terbahak-bahak. Sesederhana itu kebahagiaan.

Laut, persawahan, pemukiman dan hutan adalah yang menjadi pemandangan sepanjang perjalanan. Jalanan berkelok-kelok, lurus mulus dan sedikit gelombang atau ombak darat juga menjadi bumbu perjalanan kami. Hampir 4 jam lamanya, sampailah kami ditempat tujuan. Kami memarkir mobil dan bersiap melanjutkan dengan berjalan kaki.

kala itu belum terlalu siang,tapi matahari cukup menyengat,kami berjalan mengikuti aliran sungai, melewati bebatuan dan licin tidak tanggung-tanggung, tidak hati-hati sama dengan jatuh. 

Keringat bercucuran, sesekali kuseka peluh didahi dengan ujung kaos lengan panjang, sesekali mengistrahatkan kaki, pikiran juga hati. 

Kaki harus tetap kuat untuk berpijak, hati harus damai dan pikiranpun  tetap harus tenang, agar perjalanan tak melelahkan.

Beberapa menit sebelum sampai pada tempat yang membuat nyaman, perjalanan mulai menanjak, melewati bebatuan besar, tidak ada jalan lain. Namun Saling membantu memudahkan kami.

Satu jam berlalu, tibalah kami pada sebuah air terjun, tak tahu namanya apa, yang pastinya air terjun selalu mempunyai sisi kemegahan tersendiri, tak pernah mengecewakan. Kami beberapa kali mengambil gambar, istrahat sembari makan diselingi canda dan juga tawa.

Kata salah seorang teman yang sebelumnya sudah pernah kesini, debit air terjunnya kurang,tapi menurut saya, itu semua tidak mengurangi keindahannya,ia tetap indah meski tak sempurna. tetap membuat nyaman juga candu, berujung pada rasa syukur ketika menikmatinya dan selalu ada ucapan terimakasih pada setiap perjalanan.

Beberapa jam kemudian, mendung menyelimuti langit, pertanda akan turun hujan. Sepertinya akhir-akhir ini hujan sedang berusaha menjadi sahabat kami, beberapa kali perjalanan selalu ditemani hujan.

Hujan membuat jalanan semakin licin, beberapa dari kami mempunyai hobby baru; hobby terjatuh. Kami harus lebih extra hati-lagi. 

Dingin pun mulai terasa, menghunus melewati otot layaknya pisau, menyentuh nadi dan tulang, tubuh menggigil, berperang melawan beku, sesekali mengatur nafas. Hujan masih betah, belum beranjak.

Perjalanan pulang lebih cepat, kurang lebih 1 jam, sampailah kami ditempat dimana kami memarkir mobil. Kami akan melanjutkan perjalanan di air terjun kedua, kami bergegas masuk kemobil memacu kendaraan kedesa selanjutnya. Tak cukup 1 jam, kami pun tiba ditempat yang dituju.

Air terjun kedua berbeda dengan yang pertama, entah dari proses pencapaiannya atau pun air terjunnya. Air terjun kedua hanya ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Dengan kondisi jalan mulus sedikit becek karena hujan, tapi bisa lari-lari kecil jika mau.

Tapi saya tidak akan membandingkan mana yang lebih cantik. Sebab keduanya sama-sama indah dan layak untuk dinikmati. Disini kami istrahat memulihkan tenaga yang terkuras sewaktu keair terjun yang pertama. 

Menhangatkan tubuh dengan segelas coklat. Jam 4 lewat, kami memutuskan pulang, pelangi di sudut pulau seberang, tepat diatas permukaan laut, senja keemasan diujung cakrawala, adalah bonus tontonan gratis dalam perjalanan pulang.

Penulis : Yuslia Jamil